-Thank You for Visiting-
Home » , » Kuliah Perdana Semester Satu

Kuliah Perdana Semester Satu

Written By Unknown on Friday 14 March 2014 | 16:32

Semester Awal Menjadi Keyword Sepanjang Kuliah



Menjadi seorang mahasiswa merupakan dambaan jutaan orang.  Setiap tahun tidak pernah berkurang peminat dan pendaftar. Ada yang berhasil mendapat gelar mahasiswa, ada pula yang harus menunda dan sedikit menabung kesabaran. Ada yang masuk ke bidang dan jurusan yang diidam-idamkan, ada juga yang tersesat ke tempat yang kurang tepat. Bahkan tidak sedikit pula yang memaksakan agar mendapat gelar mahasiswa. 

Kali ini aku bukan akan membicarakan tentang mahasiwa dengan segala fenomenanya. Aku ingin menyampaikan satu hal yang dicukupkan pada porsi mahasiswa semester pertama saja.

Semester pertama menjadi fase awal lulusan sekolah menengah atas menjalani siklus hidupnya sebagai pelajar pada level lebih tinggi. Semua orang tahu ada perbedaan sistem proses belajar mengajar dan atau kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah dengan di perguruan tinggi. Jika serta merta menyamaratakan, alamat akan berbeda kualitas akhir manusianya.

Terlepas dari apapun jurusan seorang mahasiswa, semester pertama acapkali dianggap sebagai semester adaptasi. Adaptasi bisa diartikan penyesuaian diri dengan metode pendidikan, metode belajar, lingkungan, maupun keseharian yang serba baru. Semua itu bisa diterima. Namun ada satu penyakit turun-temurun dan bisa menular berdasarkan hasil pengamatan seksama berkaitan dengan adaptasi ini.  
Hiyaah! Penyakit itu adalah banyak mahasiswa yang memiliki anggapan, semester pertama bolehlah sedikit santai. Kenapa? Karena baru semester satu, anggap saja seperti zaman putih abu-abu dulu, masa peralihan. Parahnya lagi, santainya bisa kebablasan. Baru awal kuliah, aktivitas kampus masih terasa ringan, tidak ada pengawasan ketat dari para pengajar, terlebih orang tua, teman-teman baru dari berbagai daerah rantau, tingkat aktualisasi diri berkobar-kobar sehingga ada yang pada akhirnya menjadikan semester pertama sebagai semester try and error. Percayalah, mahasiswa seperti itu banyak. Mahasiswa satu terdidik oleh mahasiswa lain tanpa disadari. Ikut-ikutan teman, karena sama-sama tidak menyadari itu benar atau salah. Salah-salah berteman, kemungkinan besar akan tersesat.

Bukan barang langka mahasiswa melalui semester pertama sebagai ajang uji coba. Jika berhasil, bagus. Jika hasil buruk maka semester selanjutnya akan memperbaiki dan berpacu kembali.

Dipastikan, perilaku seperti itu adalah kebiasaan yang salah, buruk, musibah, bencana, pendek akal. Okelah, sebagian diantara mereka ada yang berpendapat, sebenarnya tahun pertamanya itu memang hanya kuliah bohong-bohongan. Kuliah hanya karena tidak lulus di jurusan yang diinginkan. Akhirnya teori daripada daripada pun dilakukan. Daripada tidak kuliah, daripada menganggur, daripada malu tidak merantau setelah lulus sekolah, daripada dan seterusnya. Toh tahun depan akan dicoba lagi. 

Beberapa orang memang menjalani itu. Anggaplah mereka sedikit beruntung, baik karena kondisi finansial, usaha ekstra maupun jalan hidup sehingga tidak terlalu menjadi masalah memiliki ide seperti itu dan memang ditahun berikutnya berhasil mendapatkan sesuai harapan diawal. Akan tetapi orang seperti itu hanya sedikit. Jika alasan bermalas-malasan disemester perdana karena ingin mencoba tahun kemudian, lalu mereka berhasil, terbebaslah dari urusan penyakit ganas ini.

Kini kita lihat dari dua sudut saja. Pertama orang yang memang tidak berniat mencoba tahun kemudian. Kedua, orang yang kita anggap gagal mengulang ditahun kemudian namun terlanjur malas-malasan kuliah.

Menurutku semester satu merupakan semester yang sangat vital. Semester yang sangat menentukan semester-semester berikutnya. Kenapa? Ini yang sangat tidak disadari sebagian besar mahasiswa secara umum dan mahasiswa baru khususnya. Kalau bicara soal kuliah tentu tidak terlepas dari nilai atau Indeks Prestasi (IP) untuk setiap semesternya dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai penjumlahan total setiap semester yang telah dilalui. Hanya saja perhitungan IPK bukan seperti matematika dasar, 1+1=2 lalu dibagi 2, jadilah IPK. Bukan. Sayangnya mahasiswa baru tentu tidak mengetahui itu dan bahkan punya anggapan perhitungannya mentah seperti itu pada awalnya. Masalah kemudian muncul setelah perhitungan IPK benar-benar diketahui rumusnya. Dan biasanya itu terjadi saat waktu sudah mulai kritis. 

Contoh kasus yang bisa terjadi seperti apa? Ketika seorang mahasiswa hanya mencapai IPK minim di semester awal, sebut saja di bawah 2,5 atau lebih buruk lagi. Maka, untuk seterusnya jalan akan terasa seolah-olah sangat menanjak. Semester demi semester yang dilalui seakan menjadi berat untuk memperoleh IPK 3,0 atau lebih. Saat bersamaan, teman yang sama-sama melalui semester serupa berjalan dengan santai. Baginya jalan yang dilalui tidak terlalu menanjak, relatif landai. Kenapa? Karena IPK di semester awal sudah membentengi diri.

Faktanya, semester awal merupakan pondasi awal penentu IPK saat lulus nanti. Setidaknya proses perjalanan sepanjang kuliah hingga lulus antara orang dengan IPK semester awal buruk dengan yang baik akan sangat berbeda. Seseorang dengan IPK buruk pada semester satu butuh proses berat untuk menaikkan IPK-nya. Naiknya kok terasa sangat sedikit. Semester demi semester hanya terjadi perubahan angka di akhir dua di belakang koma. Apalagi ketika semester sudah melewati pertengahan masa kuliah. Sebaliknya, seorang mahasiswa dengan IPK semester awal sangat memuaskan akan lebih santai dan tenang menjalani masa perkuliahan. Ketika pun IPK harus turun, maka turunnya pun sedikit-sedikit. Seperti tidak terasa. Bahkan jika sewaktu-waktu dirinya benar-benar drop karena faktor tertentu, tetap saja perubahan IPK nya turun sedikit.

Kesimpulannya, tidak ada alasan untuk tidak memaksimalkan semester satu. Percaya atau tidak percaya, perjalanan kuliah seseorang bisa diramalkan melalui IPK semester satu. Banyak mahasiswa yang menyesali dirinya mengabaikan semester satu. Tapi tidak ada lagi yang dapat diperbuat. Meski menyesal, kuliah seterusnya harus benar-benar dikebut.

Satu pesan penting dan sangat berpengaruh:
Salah satu kunci sukses kuliah adalah memiliki pondasi kuat untuk bangunan kuliah 3-4 tahun selanjutnya. Pemikiran SALAH untuk harapan kuliah berhasil adalah menjadikan semester awal sebagai waktu untuk bersantai-santai dulu dengan alasan masih beradaptasi. Berbicara soal adaptasi bisa tidak ada akhirnya, kerena setiap saat bisa terjadi hal-hal baru dalam hidup.

Jika di kampus ada kuliah perdana atau semacamnya, semua mahasiswa baru dikumpulkan untuk pengenalan tentang kampus serta civitas akademikanya, hadirilah. Jadikanlah satu bulan pertama sebagai ajang untuk eksplorasi lingkungan sekitar. Mulai dari teman sejawat, senior hingga dosen. Jika memungkinkan, ikuti kegiatan atau seminar dengan tema umum pembentukan motivasi dan karakter kepada mahasiswa baru. Hal itu bisa membantu membuka mata dan pikiran untuk menatap semester seterusnya.(MS)
Share this article :

2 comments:

bintang kecil said...

plus minusnya memang selalu ada dalam setiap perjalanan pengalaman..

Unknown said...

ya, benar sekali.
masing-masing memang punya cerita sendiri :D

Watch Your Time

Check this All Label

Visitor

Flag Counter
 
Support : Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. LifeIsAStoryOfJourney - All Rights Reserved