Pemerkosaan, Salah Siapa?

Jika pemerkosaan terjadi siapa yang lebih bersalah?
Wah, bicara tentang salah-menyalahkan. JIka perempuan dianggap lebih bersalah, sudah jatuh tertimpa tangga masuk got lagi. Laki-laki lebih bersalah, setidaknya tidak separah sakitnya perempuan. Mari kita lihat garis tengahnya.

Ada pepatah, kucing mana yang menolak ikan. Ini menyatakan kepada orang-orang tidak mungkin ada yang mau menolak rezeki. Kalau diberi diambil, tidak diberi ya tidak perlu ngotot. Analogikan dengan pemerkosaan. Perbandingan dalam jumlah sepuluh, mungkin bisa dinyatakan kalau terjadinya pemerkosaan lebih dikarenakan ulah si perempuan. Menurutku tujuh berbanding tiga. Apa yang membuat diri seseorang diperkosa? 

Study kasus lebih ideal untuk membicarakan ini. Apalah daya, belum ada yang bersedia menceritakan pengalamannya diperkosa. Mungkin tidak akan ada yang pernah bersedia. Karena bicara tentang pemerkosaan pastilah sangat sensitif dan mengiris hati.

Mau menyalahkan laki-laki sebenarnya sah-sah saja. Laki-laki pun tidak luput dari pihak yang teramat sangat buruk dalam peran di cerita ini. Pun demikian, mungkin sekedar pelajaran saja dilihat dari sudut pandang laki-laki. Motivasi pemerkosaan tidak lebih dari dua faktor. Satu karena sudah diniatkan, satu lagi karena kebetulan. Dikatakan kebetulan, karena sejak awal tidak punya keinginan melakukan. Biasanya kebetulan ini terjadi hanya sebagai tambahan ketika melakukan sesuatu yang lain. Misalnya merampok, mencuri, membunuh. Ah, ini buruk sekali sebenarnya. Sementara yang terjadi karena diniatkan, inilah yang memang benar-benar pemerkosaan sehingga patut dicari tahu apa sebabnya.

Seperti di atas tadi, tidak ada kucing yang menolak tulang. Hubungan dengan sebab-akibat terjadinya pemerkosaan sangat dekat. Niat seorang laki-laki untuk beraksi tidak akan muncul tanpa pemicu yang jelas. Apalagi pemicunya kalau bukan karena si perempuan itu sendiri. Lebih khusus pada penampilan si perempuan. Penampilan yang mengundang niat laki-laki tidak lebih dari yang terlihat oleh mata telanjang. Bukan melihat yang telanjang, tapi cukup yang berpakaian tapi seperti telanjang. Seperti apa itu? Yuk, look around. Sudah banyak dimana-mana yang seperti itu. Niat bertemu dengan kesempatan. Keinginan didukung pula oleh kondisi. Maka akhirnya yang harus terjadi, terjadilah.

Kesimpulannya, tidak bisa dibantah meski ini sangat menyakitkan bahwa perempuanlah yang paling banyak menyebabkan pemerkosaan terjadi. Ibarat sebuah rumah, ketika seorang laki-laki asing mengetuk pintu rumah seorang perempuan, yang memutuskan untuk membuka atau tidak membuka pintu adalah perempuan itu sendiri. Tidak akan pernah mungkin laki-laki itu dapat masuk kalau pintu tidak pernah dibuka. Loh, kalau ternyata didobrak atau dirusak? Dipastikan motivasinya bukan pemerkosaan melainkan bisa mencuri atau merampok. 

Save yourself, watch your clothes atau ada juga yang keras berpendapat do not tell us how to dress tell them not to rape.(MS)

#ditulis tanpa motivasi sepihak