-Thank You for Visiting-
Home » , » Demonstrasi-Unjuk Rasa, Perlukah?

Demonstrasi-Unjuk Rasa, Perlukah?

Written By Unknown on Wednesday 12 February 2014 | 15:37



Setiap hari jika duduk di depan televisi menonton acara berita hampir tidak pernah absen yang namanya tayangan tentang aksi demonstrasi atau unjuk rasa. Kadang oleh mahasiswa, pekerja atau buruh maupun masyarakat biasa. Aspirasi dan tuntutannya bermacam-macam. Bermotif ekonomi, kemanusiaan, politik, pendidikan, sosial, lingkungan hidup dan sebagainya. Dari semua daftar aksi yang terjadi pemerintah menjadi pemimpin klasemen sebagai sasaran tuntutan massa. Mengalahkan perusahaan, instansi akademis, atau lembaga penegak hukum. Kemudian muncul pertanyaan, perlukah melakukan aksi semacam itu?
Tidak jarang berbagai macam kalangan masyarakat menanyakan tentang manfaat aksi demonstrasi. Baik itu masyarakat awam, kalangan akademisi, pengusaha, ekonom dan seterusnya. Sekilas yang tampak oleh mata seperti hanya sebentuk kesia-siaan. Berpanas hujan, makan tidak makan, berlelah-lelahan, menyakiti diri, membuang energi, membuang uang dan waktu atau aktivitas lain yang seolah tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap tuntutan mereka. Apa sih gunanya melakukan itu?
Layaknya mata pisau. Memiliki sisi tajam dan tumpul. Kedua sisi ini memiliki tugas masing-masing yang sulit dipisahkan. Anggaplah sisi tajam pisau sebagai aksi demontrasi massa. Ia sebenarnya bisa memberi manfaat jika berada pada jalur yang tepat dan baik. Namun juga bisa menjadi bumerang yang memberi kesan buruk atau menyakiti semua pihak jika caranya salah.
Pertama kita tinjau dari sisi positif dulu. Demonstrasi pada dasarnya dilakukan sebagai bentuk pernyataan sikap atas sesuatu yang terjadi. Sebagai dukungan, maupun ketidaksukaan dan protes. Misalnya, kenaikan BBM yang diikuti oleh kenaikan harga, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), kebijakan ini itu oleh pemerintah atau perusahaan, ketidakpuasan atas kinerja, kecurigaan atas penyelewengan, keprihatinan atas pelanggaran hak asasi, peringatan atas hari besar tertentu, dan tidak terhitung banyaknya alasan melakukan aksi massa ini. Tidak ada yang salah dengan itu.
Aksi semacam ini justru mengingatkan pihak lain tentang apa dampak dari perbuatannya. Apakah semua berjalan baik sesuai dengan harapan diawal atau justru ada poin yang terlewat sehingga perlu dikoreksi ulang. Tidak jarang juga sebenarnya tuntutan massa ini yang benar-benar ideal untuk dilakukan.
Bisa dibayangkan apa jadinya jika sama sekali tidak pernah terjadi aksi unjuk rasa. Apapun yang terjadi, diterima. Kebijakan apapun oleh pemerintah tidak pernah menjadi masalah. Ini naik itu mahal, diterima. Terjadi dugaan pelanggaran, legowo saja. Bukankah kondisi semacam itu hanya akan membuat pemegang kepentingan tidak pernah menyadari sesuatu yang lain sebagai dampak buruk dari perbuatannya. Mereka hanya akan merasa selalu benar dan tepat. Tidak ada koreksi, tidak ada yang mengingatkan dan mengkritik. Ya, bisa jadi kalau memang semua sudah sangat baik berjalan sebagaimana mestinya. Namun, untuk negeri tercinta, kondisi semacam ini masih ibarat jauh panggang dari api.
Ketidakadaan aksi massa juga bisa terjadi karena sistem pemerintahan yang sangat ketat. Sebut saja pemerintah yang diktator dan mengedepankan basis militer. Beberapa negara ada yang pernah dan masih menerapkan hal semacam ini. Ada baik dan buruknya, namun sepertinya lebih banyak buruknya. Semoga tidak terjadi lagi di negara ini.
Perlu diingat bahwa untuk melakukan aksi yang melibatkan banyak orang dan berpotensi pula menyangkut kepentingan orang banyak atau ketertiban umum karena dilakukan ditengah-tengah fasilitas publik maka harus memberikan surat pemberitahuan kepada aparat keamanan sekaligus mengantongi izin dari pihak terkait.
Lalu, mari kita tinjau dari sisi negatif. Aksi massa tanpa izin, aksi yang dibayar karena dibekingi oknum dan kepentingan tertentu. Ketidaktahuan massa apa yang menjadi tujuannya. Yang paling buruk ialah ketika aksi massa ini dilakukan dengan anarkis. Kekerasan disana-sini, bakar-bakaran, hingga hilangnya nyawa manusia. Ini dipastikan berdampak pada banyak hal nantinya. Nama baik pengunjuk rasa, aparat keamanan, pemerintah, bahkan hingga satu negara bisa tercoreng di mata dunia. Dampaknya pun bisa berlanjut pada kelabilan ekonomi, kepercayaan publik dan internasional memudar, ketentraman berkurang, hingga stabilitas nasional terganggu.
Dilematis memang. Beberapa mengatakan juga lebih baik meningkatkan prestasi daripada melakukan demonstrasi. Penyaluran aspirasi tidak mesti lewat jalur demonstrasi. Terserah kepada kita mau berada pada posisi mana, berpendapat apa, memihak siapa. Satu yang pasti pisau dengan dua sisinya memiliki variasi fungsi. Memihak padamu atau menjadi musuhmu.
Idealnya memang semua berjalan mengalir bahagia seperti negeri peri nan indah, teratur, semua sejahtera, senang sejahtera dan bisa tersenyum hampir setiap saat. Sayangnya, beberapa (juta atau milyar) detik ke depan itu masih sebatas fantasi anak kecil.(MS)
Share this article :

0 comments:

Watch Your Time

Check this All Label

Visitor

Flag Counter
 
Support : Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. LifeIsAStoryOfJourney - All Rights Reserved