-Thank You for Visiting-
Home » , » Fort Rotterdam - Makassar

Fort Rotterdam - Makassar

Written By Unknown on Monday 24 February 2014 | 15:14




Fort Rotterdam. Satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Kota Makassar. Akses mudah, bisa dikatakan berada di tengah kota sedikit ke arah barat kota, di tepi laut, dekat dengan pusat wisata Kota Makassar.

Tidak ada keindahan panorama alam di tempat ini, namun nilai sejarah yang disimpan rapi tiada terkira. Lebih dari sekedar saksi sejarah karena Fort Rotterdam juga pelaku sejarah itu sendiri. Bagaimana tidak, wajahnya yang sekarang tidak berbeda jauh dengan ketika ia dilahirkan.









Beberapa bentuk bangunan benteng dilihat dari beberapa sisi. Masih sangat khas bangunan zaman kolonial Belanda. Elemen bangunannya cukup tinggi. Mulai dari daun pintu, langit-langit, hingga komponen atap.

Khusus gambar paling bawah, pernah menjadi ruang tahanan Pangeran Diponegoro. Wah, salah seorang sosok pahlawan besar negeri ini. Sayang tidak boleh masuk ke dalam. Cukup memperhatikan dari celah-celah jendela.




Fort Rotterdam tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Museum La Galigo. Secara tidak langsung kini fungsi Fort Rotterdam adalah museum. Kecuali terjadi lagi perang di negeri ini maka fungsinya bisa kembali menjadi benteng pertahanan. Ah, yang benar saja.






Begini sebagian tatanan isi museum. Terdiri dari dua lantai, semua memamerkan barang-barang peninggalan sejarah serta informasi yang berhubungan dengan daerah Sulawesi secara umum.





Satu dari sekian banyak informasi sejarah berupa ulasan singkat dan padat tentang daerah-daerah yang  ada di Sulawesi dan dipajang dalam lemari kaca. Sejarah Kebudayaan dan Lintas Peradaban serta Sejarah Makassar City. Di sebelah kiri kanannya juga terdapat daerah lain, termasuk kerajaan-kerajaan masa lalu di Sulawesi.






Era berganti era. Gambar pertama merupakan peninggalan Kerajaan Luwu, terdiri atas simbol-simbol kerajaan, bendera maupun tanda panji-panji saat perang. Begitu mungkin. Gambar kedua merupakan peralatan perang ketika Belanda mulai menjajah. Gambar terakhir warisan saat kejayaan Era Islam di Sulawesi.



Gambaran Pelaminan Adat

Pernikahan selalu indah. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri dan keistimewaan sendiri jika dihubungkan dengan adat budaya pernikahan. Kalau dari cerita beberapa orang teman yang berdarah asli Sulawesi, jika kubandingkan dengan beberapa daerah lain, pernikahan masyarakat Sulawesi termasuk yang paling mewah dilihat dari kacamata adat, menurutku.





Gambar pertama itu sejenis sampan kayu tradisional? Bukan. Bila di Jogjakarta kita mengenal tradisi Ketoprak / Cejok Lesung, di Jawa Barat dinamakan Usung atau Candang Lasuang di Sumatera Barat, maka di hampir seluruh wilayah di provinsi Sulawesi Selatan disebut ritual Mappadendang.

Ritual tumbuk padi merupakan perayaan tradisional yang diselenggarakan di pedesaan yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Singkatnya, beberapa wanita bergantian memukul ‘pallungeng’, lesung padi yang terbuat dari kayu gelondongan dan memiliki enam sampai dua belas lubang tumbuk, dan ‘alu’ istilah yang dipakai sebagai alat penumbuk padi sekaligus pemukul lesungnya.

Sulawesi Selatan patut berbangga karena disini pernah ditemukan salah satu lesung batu dari zaman purba, tepatnya di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Untuk gambar kedua, siapa yang tidak mengenalnya. Kapal yang sangat terkenal se-Indonesia, Kapal Pinisi. Meski baru sekedar menikmati miniaturnya, ya tahap pertama lah. Setidaknya ini satu ikon Sulawesi bahkan termasuk ikon maritim Indonesia di mata internasional.


Batu dari Zaman Purba
Miniatur Rumah Adat Se-Sulawesi


Baju Perang
Peluru Senapan dan Meriam

Fire...Attack. Serbu. Andai melihat benda-benda di atas, sudah bisa diidentikkan dengan perang. Pun begitu juga menjadi ciri khas senjata tajam daerah masing-masing. Sulawesi tentu dengan badik, daerah lain mulai dari rencong di Aceh, keris oleh banyak daerah di Indonesia, kujang dimiliki Jawa Barat, clurit oleh Madura dan sebagainya.


Kalender bertani

Bahkan kita bisa menemukan ini. Kupikir ini hebat sekali. Masyarakat tradisional bisa menentukan dan menetapkan hari-hari baik untuk bercocok tanam.


Last Captured Before Leaving for

Pertama sekali mendengar ada benteng di sisi Makassar bernama Fort Rotterdam, yang terbayang oleh ku adalah satu benteng berwarna dinding hitam khas benteng zaman kolosal yang berdiri gagah di puncak bukit menghadap laut. Ternyata yang terbayang dipikiranku adalah benteng lain di Maluku sana, Benteng Duurstede. Kurang impoh.

Begitu masuk ke dalam kompleks Fort Rotterdam, usai membayar tiket masuk pengunjung akan segera didatangi para museum guide. Jika ingin mengetahui seluk-beluk sejarah dengan baik, harus memakai jasa mereka. Ini khususnya kepada para pengunjung pertama kali. Sedikit tips, sebelum mulai menjelajah dengan museum guide, terlebih dahulu sepakati tarif jasa mereka diawal.

Sharing, nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang. Dibangun pada tahun 1545 zaman Kerajaan Gowa-Tallo, Raja Gowa ke-9. Kemudian pasca penandatanganan Perjanjian Bungayya, mewajibkan penyerahan Benteng Ujung Pandang kepada Belanda. Nama pun dirubah menjadi Fort Rotterdam.
Share this article :

1 comments:

Guide Dieng said...

wahh perlu dikembangkan nih untuk pariwisata agar lebih ramai

Paket Wisata Dieng

Watch Your Time

Check this All Label

Visitor

Flag Counter
 
Support : Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. LifeIsAStoryOfJourney - All Rights Reserved