Surabaya, Kota Elite di Timur Jawa

Sejak jauh hari, satu gambaran yang ada di kepalaku sebagai kata ganti jika ada yang menyebut Kota Surabaya adalah Tugu Surabaya. Titik. Bagiku, tugu ini sudah menjadi simbol Kota Surabaya dan memang itu faktanya. Tugu Surabaya merupakan ikon Kota Surabaya. Sehingga rasanya tidak lengkap bahkan cenderung cacat kalau berada di Surabaya tidak mengunjungi tempat ini.

Ini hanya gambar selingan karena keberadaannya tepat di sisi Tugu Surabaya. Ingin juga berkunjung, namun tidak pada kesempatan ini.

Beberapa saat terakhir Kebun Binatang Surabaya sedang didera masalah cukup serius. Bukan hanya dalam negeri, beritanya merambah hingga mancanegara. Sangat disayangkan. Semoga secepat mungkin pulih sebagai mana mestinya.

Tidak ada yang berani membantah jika Surabaya juga dinamakan Kota Pahlawan. Sejarah mencatat itu dengan sempurna. Banyak aksi heroik yang terjadi di kota ini. Satu tempat yang menjadi simbol gelar Kota Pahlawan tentunya keberadaan Tugu Pahlawan, lengkap dengan patung Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno dan Muhammad Hatta.

Hotel Majapahit. (This is not my best shoot)

Hotel Majapahit. Juga tidak kalah penting dalam catatan kepahlawanan negeri ini. Hotel yang kini berbintang lima penuh dengan nilai sejarah tinggi. Siapa yang tidak tahu Insiden Bendera pada tanggal 19 September 1945. Merobek bendera, memisahkan warna biru dan meninggalkan merah putih.

Terkait nama, Hotel Majapahit menjadi nama terakhir setelah sebelumnya bernama LMS, Hotel Oranje, Hotel Yamato dan Hotel Hoteru. Dibangun pada tahun 1910.

Lets Go To

Berbicara soal salah satu bangunan spektakuler hasil karya manusia di republik ini, sudah pasti kita harus menghadirkan Jembatan Suramadu. Sangat setuju. Jembatan dengan nama resmi Jembatan Nasional Suramadu merupakan jembatan yang melintasi Selat Madura, penghubung Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan). Panjang jembatan 5.438 m, menjadi jembatan terpanjang di Indonesia sampai saat ini dan terpanjang ke-3 di Asia Tenggara. Sudah pasti sebagai anak bangsa, ada kebanggaan dan kebahagiaan sendiri, setidaknya sudah berada di jembatan gagah yang diresmikan pada 10 Juni 2009 oleh RI 1 ini.

Sebenarnya tidak diperbolehkan berhenti di tengah-tengah jembatan, namun jiwa ndeso, kampungan, narsis, penasaran juga bangga dan bahagia yang ada dalam diri setiap orang yang datang ke tempat ini, termasuk aku, mampu menabrak aturan itu. Tentu saja dilakukan dengan cara kucing-kucingan dengan petugas.

Satu gambaran Suramadu dari sisi Bangkalan, Madura dan situasi di depan dan di pintu masuk tol sisi Bangkalan. Mau dilihat dari jalur dari arah Surabaya maupun dari arah Madura sebenarnya sama saja. Sama bagusnya. Cuma, lebih aman menghindari patroli jika dari arah Madura, tips.

Di sekitar pintu keluar arah Madura, keadaannya cukup tenang. Pada malam hari begini saat yang seru untuk sekedar duduk santai menikmati malam. Tentunya jangan lupa membeli souvenir khas daerah lokal pada puluhan kios yang berbaris di tepi jalan.

Tempatnya cukup bagus dan elegan, hanya saja penilaianku relatif subjektif karena berbau rokok. Yap, this is House of Sampoerna. Museum rokok dengan bangunan peninggalan zaman kolonial yang memang cukup memikat mata para wisatawan.

Selain bangunan dan tata ruang yang istimewa, banyak peninggalan masa lalu yang bisa dinikmati di House of Sampoerna. Just visit there to know every single part. Yah, diantaranya alat dan bahan peracik rokok zadul, sepeda, sepeda motor dan mobil tempo doeloe, Peralatan Marhing Band, koleksi mesin-mesin kuno, andong. Banyak.

Surabaya, salah satu kota terbesar setelah Jakarta. Menjelajah seisi kota ini rasanya tidak cukup sepekan saja. Terlalu banyak tempat yang masuk dalam daftar kunjungan. Bisa siang bisa malam, kota selalu hidup.
Salah manajemen waktu seperti yang terjadi padaku menyisakan tumpukan PR kunjungan yang harus dituntaskan, lain waktu.