-Thank You for Visiting-
Home » , , » Ikhwan, Akhwat-Jilbaber

Ikhwan, Akhwat-Jilbaber

Written By Unknown on Friday, 21 February 2014 | 11:31

Ikhwan dan Akhwat, Penilaian dalam Banyak Sudut Pandang


Just Illustration

Kalangan pelajar, mahasiswa, sampai kalangan pemuda sangat akrab dengan beberapa istilah terkait gaya berbusana seorang perempuan yang relatif jauh lebih tertutup daripada kebanyakan. Secara umum mereka dikatakan jilbaber. Bukan bahasa baku. Hanya istilah yang biasa diucapkan saja. Di daerah tertentu mungkin memiliki istilah berbeda.
Selain itu, ada lagi penamaan Ikhwan dan Akhwat. Basically, tujuan objeknya relatif bisa disamakan. Dari segi bahasa sebenarnya maknanya tidak lebih daripada laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, di kalangan pelajar, mahasiswa atau pemuda, istilah ikhwan dan akhwat ini diidentikkan dengan laki-laki dan perempuan yang tampak lebih shaleh dan shalehah. Ikhwan untuk laki-laki, akhwat untuk perempuan. Penetapan shaleh dan shalehah ini tentunya menurut pandangan mata manusia pada umumnya. Mungkin karena cara berpakaian, aktivitas sehari-hari, cara bergaul, pemahaman agama, dan sebagainya. Ini relatif hanya pandangan manusia.
Waktu terus berputar dari masa lalu ke masa sekarang hingga masa yang akan datang. Ada satu fenomena yang tidak perlu terjadi seharusnya. Bentrokan antar pemikiran satu dengan lainnya. Bukan antar agama tentu saja, hanya antara kalangan pelajar, mahasiswa atau pemuda itu sendiri. Semoga ini tidak benar-benar terjadi di banyak tempat.
Kita melihat dari salah satu sisi dulu. Ketika seorang ikhwan dan akhwat dipandang jelek oleh beberapa kalangan yang bukan ikhwan atau akhwat. Apa yang acapkali kudengar bahkan sering berdiskusi juga dengan beberapa orang, penilaian atas diri seorang ikhwan dan akhwat sering dianggap melakukan kesalahan, khususnya dalam bergaul. Orang-orang menilai mereka kadang seperti malaikat yang suci tanpa noda, sehingga ketika melakukan suatu kesalahan maka itu sudah seperti kesalahan besar yang tidak ada ampunan. Kadang, justru sebaliknya. Ikhwan dan akhwat sedang melakukan sesuatu yang wajar maka dianggap sebuah kesalahan.
Ini beberapa contoh yang sering dipermasalahkan. Ketika seorang ikhwan atau akhwat berbicara dengan cukup akrab dengan lawan jenis di depan kelas atau di sela-sela jam pelajaran, bisa dengan sesama ikhwan dan akhwat atau teman-teman secara umum. Melihat keadaan seperti itu beberapa kalangan akan mencibir mereka lalu berucap, coba lihat si x itu, katanya faham agama tapi lihat kelakuannya, munafik. Bukan cuma sekali dua kali itu terjadi. Barangkali menjadi wajar kalau yang dikomentari itu tampak mesra, pegang sana-sini, tertawa terpingkal-pingkal atau mungkin berdua-dua di tempat sepi di sudut kampus atau di ujung bumi sana. Namun jika hanya berinteraksi secara wajar dan ditempat wajar maka pantaskah divonis sedemikian buruk.
Contoh lain, anggaplah suatu ketika seorang ikhwan atau ahkwat sedang berjalan di sepanjang teras kelas atau lorong kampus yang biasa tempat teman-teman mahasiswa duduk, santai, belajar atau sekedar ngobrol ringan sesama teman. Sambil berlalu si ikhwan atau akhwat secara sengaja tidak menyapa teman-teman lawan jenis. Dipastikan apa yang akan dihadapinya kemudian adalah ucapan, betapa sombongnya si x ini, kita sebagai temannya dicuekin tanpa sepatah katapun berlalu, katanya faham agama.
Lucunya, jika terjadi kebalikan dari itu. Pada kondisi yang sama justru mereka menyapa secara wajar setiap teman yang kebetulan ada di sepanjang jalan atau berpapasan dengannya. Dengan senyum dan ramah menyapa. Apa lagi yang dihadapinya kemudian? Itu-itu juga. Lihat itu si x, katanya faham agama tapi semua orang disenyumin, di sapa. Seperti mau tebar pesona saja, padahal dia tahu itu tidak boleh. Dan, salah lagi, salah lagi.
Kasus ini mungkin hampir mirip dengan ketika orang-orang pada umumnya menilai bahwa seorang ikhwan dan akhwat hanya mau berteman, bergaul dan menyapa kepada sesama ikhwan dan akhwat. Orang-orang diluar itu dianggap buruk, bahkan mungkin najis di mata mereka. Katanya tahu agama. Ini sederhana sebenarnya. Mau saling menyalahkan dulu, maka jawabannya adalah coba tanya diri sendiri bukannya kadang kita yang menganggap ikhwan dan akhwat seperti itu, kita yang sengaja meninggikan mereka sekaligus merendahkan diri kita, yang pada akhirnya kita yang merasa tidak pantas berteman dengan mereka lalu buruknya kita memvonis mereka yang tidak mau berteman dengan kita. Atau mungkin juga kenapa menyalahkan mereka dulu, apakah kita berharap mereka menyapa dulu sementara kita menunggu. Kenapa tidak memulai duluan. Kan mereka lebih tahu agama, itulah kata-kata akhir sebagai alasan untuk melepas kesalahan.
Tidak ada ujungnya kalau terus menyalahkan orang lain dalam perkara ini. Kita lihat lebih objektif saja. Tempatkan sesuatu pada tempatnya. Jangan melihat dari satu sudut pandang saja.
Ikhwan dan akhwat mutlak sama dengan manusia secara umum. Bukan malaikat tanpa salah. Mereka tidak pernah luput dari salah. Mungkin pun sangat akrab dengan salah. Masalah yang timbul kemudian memang menjadi berlipat ganda kalau mereka berbuat salah. Karena sejak awal kebanyakan orang menganggap mereka seperti tidak akan melakukan salah sehingga ketika mereka secara tidak sengaja atau khilaf berbuat salah itu sudah menjadi malapetaka. Contoh sederhana mencontek ketika ujian, ini perkara umum yang terjadi di kalangan pelajar. Malangnya kalau ikhwan dan akhwat yang berbuat seperti itu, sudah bisa ditebak bagaimana orang-orang membesar-besarkan masalah ini ke seantero kampus. Lucu sih memang. Tapi inilah fenomena yang sering-rutin terjadi. Bagaimanapun di mata kebanyakan orang, ikhwan dan akhwat itu tidak boleh berbuat salah. Karena mereka lebih tahu agama. Bukankah ini buruk sekali.
Ikhwan dan akhwat sering melakukan salah, itu pasti. Dalam berinteraksi dan bergaul dengan teman-temannya pun mereka banyak salah. Bisa jadi mereka memang tidak lebih baik daripada orang-orang kebanyakan. Akan tetapi, dari semua yang terjadi aku berani mengatakan bahwa ikhwan dan akhwat merupakan contoh orang-orang yang mau mengajar sambil belajar. Mau memperbaiki diri meski selalu saja ada yang salah dalam perbuatan serta kekurangan mereka seperti tidak ada habisnya. Lebih khusus lagi mereka adalah orang-orang yang mau belajar mengkaji agama setitik demi setitik. Menambah bekal ke akhirat sebaris demi sebaris. Itu faktanya. Kalau harus jujur bukankah itu jauh lebih baik daripada sebaliknya. Sudahlah akrab dengan salah, tidak memperbaiki diri, tidak menambah ilmu bahkan mungkin tidak punya keinginan sedikitpun memikirkan hari akhir. Lebih kasihannya lagi justru sangat berapi-api menyalahkan orang lain. Kita perhatikan dengan segala kerendahan hati, para ikhwan dan akhwatlah yang paling peduli atas berjalannnya aktivitas keagamaan dan yang bernuansa islami di kalangan kampus.
Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri. Meski begitu, salah-menyalahkan masih terjadi. Biarlah mulut berkata tidak tapi hati siapa yang tahu. Biarlah perkataan membantah tapi hati pasti angkat topi pada kebenaran.
*****
Sedikit berbicara tentang cara berpakaian seseorang, sebut saja cadar sebagai contoh. Dalam pandangan dan budaya Indonesia, mengenakan cadar memang tidaklah biasa. Itu sedikit aneh dilihat mata. Meski begitu, bukanlah bijaksana ketika secara sadar menjadikan itu sebagai pemandangan penuh tanya. Era sudah banyak berubah sejak puluhan tahun silam. Perkembangan zaman tidaklah selambat zaman orang-orang tua dulu. Jaringan informasi, teknologi, komunikasi dan transportasi sudah bergerak cepat. Adalah menjadi wajar kalau orang-orang tua masih menganggap aneh pakaian cadar. Tidak semua pernah melihat sebelumnya. Orang-orang tua masih begitu akrab dengan budaya masa lalu sehingga terkadang ketika bertemu hal baru yang tidak lumrah terlihat terasa aneh. Kalau budaya masa lalu itu bagus tidak mengapa. Namun tidak mungkin zaman sekarang dipaksakan atau dipandang serupa seperti masa mereka. Kebiasaan masa lalu tidak sepenuhnya sesuai dengan masa kini. Pola pikirpun demikian. Sebagai generasi yang tidak sepenuhnya terlahir dari pendidikan bercahayakan lampu teplok kita harus lebih membuka cakrawala berpikir.
Terkait pakaian bercadar, kalau dulu menganggap itu aneh, kini itu sudahlah menjadi wajar. Kenapa? Karena memang sudah biasa terlihat di layar kaca, khususnya di negara Timur Tengah. Ada jutaan orang mengenakan pakaian yang sejenis. Jadi, tidak ada yang aneh dengan itu.
Sayangnya, masih banyak yang tidak sefaham dengan ini. Bahkan tidak sedikit pula yang melihat itu sebagai sesuatu yang tidak boleh. Penekananku, khusus tentang cadar ini, ketahuilah bahwa seseorang mengenakan itu bukanlah tanpa landasan tertentu yang diyakini kebenarannya. Ada ilmu dalam setiap amal perbuatan yang dilakukan. Masalah sebenarnya ada pada yang menilai. Sudahkah dia mengetahui ilmu atau landasan kenapa seseorang mengenakan cadar. Kalau tidak tahu, pasti menganggap itu salah. Lalu, kenapa seseorang yang tidak tahu tetap bertahan dalam ketidaktahuan lalu menyalahkan orang lain. Sama seperti fakta bahwa banyak tokoh dunia yang dianggap gila dengan segala eksperimennya sebelum akhirnya kini mereka disanjung karena penemuannya. Kenapa dulu orang berpikir dan menganggap gila? Tidak lain karena belum mengetahui ilmunya.
Demikian pula dengan cadar. Tidak perlu memandangnya berlebihan. Tidak ada yang salah dengan itu secara pribadi dan sosial. Apakah seseorang bercadar menyakiti orang lain, membuat marah, membuat jatuh miskin atau apapun. Ku pikir tidak. Hal yang patut dikhawatirkan sebenarnya justru gaya berpakaian terlalu mini, full AC, kurang bahan, sobek sana sini sampai tampak ini itu. Khususnya yang dikenakan kaum wanita. Masalahnya dimana? Untuk memperoleh jawaban paling rinci tanyalah pada istri yang punya suami atau orang tua yang punya putri.(MS)
Share this article :

2 comments:

bintang kecil said...

aku melihat orang bercadar ataupun akhwat selalu kagum dan terkesima..betapa cantiknya mereka...
sempat risih ktika melihat mereka kala umurku belasan, namun ketika beberapa hal yg kudapati, beberapa pengalaman yang mengajari dan pemahaman yang kumiliki, aku sadar betapa lucunya aku kala mengeluarkan kata kata "apa gg sumpek ya" ditutup kain panjang..

sangat membuka fikiran. dan wajib dibaca oleh siapapun. tulisan yang bagus

Unknown said...

Andai semua punya pemikiran seperti pengalaman yg mengajarkan diri,pasti semua sependapat dgn bintang kecil

Watch Your Time

Check this All Label

Visitor

Flag Counter
 
Support : Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. LifeIsAStoryOfJourney - All Rights Reserved